BUNG, AYO TURUN KE JALAN !!!

TUNTUTAN RAKYAT DI 10 TAHUN REFORMASI :
  1. SEGERA TURUNKAN HARGA-HARGA KEBUTUHAN HIDUP, TERMASUK HARGA BBM.
  2. RAKYAT BUTUH LAPANGAN PEKERJAAN & UPAH LAYAK
  3. BUKAN CABUT SUBSIDI, JUSTRU DI MASA KRISIS INI RAKYAT BUTUH JAMINAN SOSIAL NASIONAL
  4. MULAI PENGHEMATAN DENGAN POTONG GAJI SEMUA PEJABAT & ANGGOTA DPR, BIAR JUGA MERASAKAN YANG DIALAMI RAKYAT
  5. HENTIKAN SEMUA PRIVATISASI, LAKUKAN NASIONALISASI
  6. INDUSTRI MINYAK DAN GAS HARUS DIKONTROL RAKYAT

Tanggal 21 Mei 2008, tepat 10 tahun sudah lamanya berselang, rakyatIndonesia merebut kembali kedaulatan politiknya dari tangan kekuasaan diktator Orde Baru yang dipimpin Suharto. Selama 10 tahun Elit-elit Reformis gadungan berkuasa, Rakyat semakin sengsara. Bila tuntutan utama 10 Tahun lalu bermuara pada gulingkan Soeharto, kini muaranya gagalkan kenaikan harga BBM. Inilah ujian perjuangan bagi semangat reformasi yang pro rakyat dan bukan pro penjajahan modal.

Kita memang harus merayakan sejarah 10 tahun ini, karena dari awal sejarah Indonesia pun sudah terbelah antara mereka yang berjuang untuk kemerdekaan manusia dari penindasan berhadapan dengan mereka yang justru menikmati hidup dari penjajahan atas sesama manusia. Selama 10 tahun ini, kekuasaan negara memang tak lagi bergaya kediktatoran ala Orde Baru-Suharto. Kini, para pemimpin negara dipilih lewat pemilu yang hanya bisa diikuti para penipu rakyat. Akibatnya yang berkuasa adalah para "BUNGLON", yang terus berubah-ubah warna untuk mengelabui rakyat. Warna asli mereka adalah merah darah penghisapan hidup rakyat, korupsi uang rakyat, pelanggaran HAM dengan kekuasan negara kepada rakyat, penggusuran dan perampasan tanah rakyat.

Korban akibat bencana sosial tak henti-henti mendera selama 10 tahun ini. Karena yang berkuasa adalah KEKUASAAN MODAL. Kehidupan rakyat selama 10 tahun ini dikondisikan bukan di atas rasa keadilan sosial tapi oleh cara pasar bebas. Siapa yang bisa membeli, dia yang menikmati. Mereka yang kuat membeli, dia yang jadi pemenang. Mereka itu lah yang berkuasa sekarang ini.

Lihat kontrasnya bagaimana Pemerintah memberi "subsidi langsung kepada kaum modal" yaitu para bankir dan konglomerat senilai Rp 800 triliun dari Utang pemerintah Indonesia sudah mencapai diatas Rp 1.300 triliun, atau 52% dari pendapatan kotor negara.

Selama 10 tahun ini, kaum modal menjarah uang
negara seperti dalam kasus BLBI. Sementara buat rakyat, subsidi yang sudah minim pun dirampas lagi.

Akibatnya kita harus tunduk pada kuasa para pemenang di persaingan pasar bebas itu. Buka lah mata dan pikiran kita siapa yang berkuasa dan jadi pemenang di negeri kita ini selama 10 tahun era Reformasi?

"Yang Menang Yang Berkuasa Yang Kalah Yang Sengsara"
  • Harga Minyak Dunia meroket, keuntungan pemilik modal Industri Minyak & Gas NAIK!
  • Subsidi BBM di-KURANG-i oleh Negara (Pemerintah SBY-JK & DPR).
  • Harga Pangan NAIK, Ongkos Transportasi NAIK, *Jumlah PHK, Kerja kontrak, & Outsourcing NAIK.
  • Nilai riil pendapatan atau upah rakyat ber-KURANG, dan diminta berhemat dengan KURANGI konsumsi.
  • Biaya untuk Berobat NAIK.
  • Biaya Pendidikan NAIK.
  • Praktek korupsi terus NAIK.
  • Kesehatan fisik dan mental berKURANG, Akal Sehat dan Pengetahuan KURANG digunakan.
Sekarang ini, kita harus memilih apakah bersatu dalam Perjuangan menolak kenaikan harga BBM karena menambah kesengsaraan rakyat yang sudah tercekik krisis ekonomi dan pangan.
ATAU
Mendukung posisi pencabutan subsidi BBM, tapi berkedok demi rasa keadilan rakyat, karena BBM katanya cuma dinikmati orang mampu saja. Katanya, pencabutan subsidi akan mengurangi orang miskin (bagaimana mungkin), karena pencabutan subsidi akan teratasi dengan BLT yang telah terbukti gagal total sejak tahun 2005.

Maka Arah Perjuangan Rakyat butuh Persatuan dalam bentuk:
  1. Terus melakukan Aksi-Aksi Massa Untuk Menunjukkan, bahwa Aksi Rakyat Tidak Ditunggangi Seperti Tuduhan Elit Penguasa. Terus Melawan Karena Kenaikan Harga Tidak Akan Berhenti dengan Sendirinya.
  2. Terus membentuk Posko-posko Persatuan Rakyat di lingkungan kita: Pabrik, Kantor, Sekolah, Kampus, hingga Kampung Tempat Tinggal Kita.
  3. Aksi dan Posko harus terus digunakan untuk meningkatkan daya perjuangan. Bahkan bila Pemerintah Tetap Angkuh dengan pencabutan subsidi BBM. Posko dan Aksi harus semakin tegas menyatakan perlawanan, karena yang kita lawan adalah penjajahan baru, penjajahan modal oleh bangsa sendiri.

Baca, simpan, diskusikan selebaran ini dengan teman, bila perlu gandakan dan sebarkan!

Kita kumpulkan sebanyak mungkin suara rakyat dan kita tunjukkan kepada penguasa, bahwa kita menolak kenaikan harga BBM. Kirimkan PETISI ini ke Presiden, Gubernur, Walikota, Camat, Lurah, RW atau RT, juga bisa di kirimkan ke DPR RI/DPRD.

PETISI RAKYAT MENOLAK KENAIKAN HARGA BBM TAHUN 2008

NAMA :

ALAMAT :

PEKERJAAN :

Jakarta, Mei 2008




( ____________ )


Dapat juga menghubungi nomor-nomor berikut:
1. Tangerang : Koswara à0856 1778 067 / 021 9191 6662
2. Jakarta Barat : Anis à 021 9370 4450
3. Jakarta Timur : Sultoni à02 19447 5681
4. Jakarta Utara : Kamal à 021 9347 3784
5. Jakarta Pusat : Rendro à0855 1015 346
6. Jakarta Selatan : Wiwin à 021 7033 2382
7. Depok : Khadir à021 9651 482
8. Bekasi : Helmi à 0813 1841 2151
9. Karawang : Heryanto à0813 1803 0976


FRONT PEMBEBASAN NASIONAL (FPN)
Sekber: Jl. Pori Raya No. 06 Rt 009/Rw 010, Pisangan Timur, Jakarta Timur Tlp/Fax: 021-4757881